Dakwah berasal dari bahasa Arab: دعوة, da'wah; "ajakan" sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dakwah berarti penyiaran, propaganda; penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama. Dalam kegiatan dakwah, subjeknya disebut da’i (orang yang menyampaikan pesan dakwah) kepada para mad’u selaku objeknya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman melalui surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi bermakna: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang meyeru kepada kebajikan, mneyuruh (berbuat) dan makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Yusran (ud.), 2009;64). Secara formal kegiatan dakwah harus melibatkan da’i sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwahnya. Dalam hal ini dakwah islamiah di arahkan kepada seluruh manusia, baik didasarkan pada tingkat umur, strata, hubungan, lingkungan, maupun orientasi pandangan (Fathi,1970:21)
Masyarakat dakwah merupakan komponen
yang mengandung makna yang sangat luas dengan berbagai karakteristi yang
berbeda. Karekteristik tersebut meliputi
ras, suku, bangsa, letak geografis, profesi jenis kelamin dan lain-lain.
Letak geografis merupakan salah satu factor yang kuat dalam membangun karakteristik masyarakat dakwah,
karena biasanya dalam suatu daerah terdapat peraturan-peraturan mengikat
seperti adat istiadat dan kebudayaan, yang hal itupun menjadi acuan mereka
untuk menjalani aktifitas hidup.
Karakteristik
masyarakat di suatu daerah memang dipengaruhi oleh adat dan kebudayaan di
daerah tersebut. Seperti yang nampak di Desa Kutagandok. Desa Kutagandok
merupakan daerah terjangkau yang berada
di areal yang di dominasi pesawahan.
Berdasarkan
hasil wawancara pada hari
Jumat 9 Desember 2016 – 11 Desember 2016. yang dianalisis secara langsung oleh
pemakalah, Desa Kutagandok merupakan desa yang memiliki karakteristik yang
cukup unik. Berikut data-data hasil analisis kami mengenai Desa Kutagandok.
Letak
geografis Desa Kutagandok merupakan desa yang terletak di kawasan Kecamatan
Kutawaluya, Kabupaten Karawang. Desa ini Terletak di 27 km dari kota Karawag
dan area yang di dominasi oleh pesawahan. Daerah ini di kenal dengan kawasan
pesawahan yang luas. Desa Kutagandok bisa di tempuh dan mudah di akses melalui
jalur kendaraan darat.
Warga di
Desa Kutagandok memiliki kepercayaan terhadapa beberapa hal yang akhirnya
menjadi tradisi warga di desa tersebut. Seperti salah satunya Anak kecil di
larang keluar ketika menjelang magrib
Hal ini
dikarenakan salah satu makhluk ghaib yang fenomenal yang bernama “Kelong Wewe”
yang sering disebut oleh warga sekitar yang sering menculik menculik anak dan
disembunyikan di suatu tempat, terdapat
salah satu cerita warga setempat pada
saat itu kurang lebih pukul 5.10 Pm dan
desa tersebut padam listrik yang sedang kebingungan mencari anaknya meggunakan
sepeda tua berwarna coklat sampai azan magrib berkumandang, kemudian ia
memutuskan untuk pulang melaksanakan sola Magrib, ketika ia membuka lemari tua
besar ia menemukan anaknya dengan kondisi lesu dan panas tinggi. Dan hingga
kini beberapa masyarakat ang mempercayai mitos tersebut, namun kepercayaan
mitos tersebut mulai pudar karena era (modern) sudah berbeda.
Secara
teoritis,pelaku dakwah adalah orang yang berkeinginan menyebarluaskan dan
memperkuat syariat islam, mengerti tentang syariat dan hukum-hukum islam dan
paham terhadap ilmu dakwah, umumnya pelaku dakwah disebut da’i.
Dewasa
ini, seorang da’i tidak hanya berkecimpung dalam menjelaskan syariat-syariat
islam dan segala hal mengenai peribadatan saja, tetapi membahas juga hal-hal
yang berhubungan dengan masaalah sosial secara umum.
Berkaitan
dengan Desa Kutagandok, pelaku dakwah adalah para tokoh masyarakat yang berguru
kepada kyai-kyai pengasuh pondok pesantren dan para Sarjana. Saat ini, orang
yang di anggap tokoh masyarakat oleh warga disana yaitu ustad Lukmanul hakim
atau biasa di sebut Haji Didi, dan ustad Ismail Saleh (kang ismail). Beliau
adalah guru-guru ngaji di Ponpes Hidayatul mubtadi’in. Dalam hal ini juga, ada
lebih dari 20 santri yang setiap ba’da magrib mengemban ilmu di sana.
Masyarakat
Desa Kutagandok cukup merespon baik terhadap kegiatan-kegiatan dakwah yang
dilakukan da’i. Hal itu terbukti dengan keaktifan masyarakat dalam mengikuti
kegiatan pengajian yang diadakan setiap hari Jum’at sampai Minggu. Walaupun di
dominasi oleh kaum ibu-ibu
Masyarakat
jarang mengerjakan sholat lima waktu secara berjamaah, walaupun tidak
seluruhnya, fakta dilapangan satu dari sepuluh masyarakat lebih memilih solat
di kediamannya masing-masing namun ketika waktu solat magrib masyarakat lebih
memilih solat di mushola dan masjid sekitar.
Dalam hal
pengajian harian, respon yang paling rendah adalah dari kalangan bapak-bapak,
hal ini dikarenakan pekerjaan mereka yang banyak menyita waktu, seperti
mengurus kebun, tambak dan sawah juga membuat furniture. Ini menjadi sasaran
utama da’I untuk mengembalikan respon dari kalangan bapak-bapak karena
laki-laki yang nantinya akan menjadi imam keluarga, ditakutkan akan menjadi
pengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
Materi
dakwah yang di lakukan di Desa Kutagandok cukup beragam. Namun, kegiatan dakwah
yang saya lakukan dimulai dari hal-hal kecil. Diantaranya dari kalangan ibu-ibu
yang disibukan oleh qasidahan yang di akhiri dengan kajian Al-Qur’an.
Mengadakan pengajian untuk anak-anak dan remaja yang dilakukan pada saat magrib
sampai isya’ dengan pengkajian Al-quran dan kitab-kitab, shalawatan Dan
pengajiannya pun berupa pembacaan Surat Yasin dan pembacaan tahlil yang di
tujukan kepada leluhur dan orang-orang yang sudah meninggal.. Pengajian yang
untuk bapak-bapak dilakukan pada malam kamis, yaitu berupa pembacaan Surat
Yasin dan membaca sholawat 1000 kali.
Istilah
metode berasal dari bahasa Inggris, method,
yang berarti systemic arrangement (penataan
yang sistimatis); ordely procedure (prosedur
yang rapih); mode handling intellectual
problema (cara penanganan masalah secara cerdik) (Webster’s Tower
Dictionary, 1957;179). Dengan demikian, kiranya bisa disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan metode adlaha cara menyusun tatanan kerja yang rapih, apbila
dihubungkan dengan kata dakwah, maka pengertiannya adalah cara melakukan
kegiatan dakwah guna menghasilkan manusia yang islami.
Dakwah
yang dilakukan da’i di desa Kutagandok dengan dakwah lisan dimakudkan sebagai
dakwah yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata atau ucapan lisan dalam
bahasa yang bisa di pahami oleh mad’uI-nya
dengan mudah oleh masyarakat kutagandok
yang masih dalam bentuk ceramah dan khotbah di hari-hari besar islam
walaupun tidang sering di selenggarakan karena faktor ekonomi yang masyarakat
kutagandok di dominasi oleh kalangan bawah.
Kegiatan dakwah yang diadakan dan
diterapkan di wilayah Kutagandok cukup behasil. Diantaranya mitos yag
dipercayai masyarakat sudah mulai hilang, para kaum bapa-bapa sedikit meningkat
daya semangatnya untuk sholat berjamaah, gotong royong tolong menolong antar
sesama sudah diterapkan dalam lingkungan desa Kutagandok, dan pengajian yang
terus berjalan, Dengan berjalannya kegiatan dakwah dapat mengimbangi pengaruh
globalisasi yang masuk.
Teori medan dakwah adalah teori yang
menjelaskan situasi teologis, kultural dan struktural mad’u saat pelaksanaan dakwah
islam. Dakwah islam adalah sebuah ikhtiar Muslim dalam mewujudkan islam dalam
kehidupan pribadi , keluarga, komunitas, dan masyarakat dalam semua segi
kehidupan sampai terwujudnya masyarakat yang terbaik atau dapat disebut sebagai
khairul ummah yaitu tata sosial yang mayoritas masyarakatnya beriman, sepakat
menjalan dan menegakkan yang ma’ruf dan secara berjamaa’ah mencegah yang
munkar.
Dalam hal mengaplikasikan aqidah Islam, walaupun mereka
berada dalam lingkungan yang sangat rentan terjadinya kemusyrikan, masyarakat
tidak melakukan praktik-praktik yang menyimpang seperti perdukunan, pesunggihan
dan lain-lain.
Masyarakat yang awalnya mempercayai mitos-mitos yang telah
dijelaskan diatas sebagai refleksi dari kekesalan para leluhur sehingga menimbulkan
bencana, saat ini lebih mempercayai bahwa pantangan tersebut lebih kepada
penghormatan semata.
Kesimpulannya
adalah sistem dakwah didesa Kutagandok, Kecamatan Kutawalua, Kabupaten Karawang
masih stabil serta dari segi metode dakwah tidak ada perubahan signifikan,
serta respon masyarakat terhadap dakwah cukup baik sehingga prilaku serta sikap
masyarakat secara bertahap menjadi lebih
islami dan lebih terarah.
Dakwah berasal dari bahasa Arab: دعوة, da'wah; "ajakan"
sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dakwah berarti penyiaran,
propaganda; penyiaran
agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk,
mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama. Dalam kegiatan dakwah, subjeknya
disebut da’i (orang yang menyampaikan pesan dakwah) kepada para mad’u selaku objeknya. Dalam hal ini
Allah SWT berfirman melalui surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi bermakna: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan
orang yang meyeru kepada kebajikan, mneyuruh (berbuat) dan makruf dan mencegah
dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Yusran
(ud.), 2009;64). Secara formal kegiatan dakwah harus melibatkan da’i sebagai
orang yang menyampaikan pesan dakwahnya. Dalam hal ini dakwah islamiah di
arahkan kepada seluruh manusia, baik didasarkan pada tingkat umur, strata,
hubungan, lingkungan, maupun orientasi pandangan (Fathi,1970:21)
Masyarakat dakwah merupakan komponen
yang mengandung makna yang sangat luas dengan berbagai karakteristi yang
berbeda. Karekteristik tersebut meliputi
ras, suku, bangsa, letak geografis, profesi jenis kelamin dan lain-lain.
Letak geografis merupakan salah satu factor yang kuat dalam membangun karakteristik masyarakat dakwah,
karena biasanya dalam suatu daerah terdapat peraturan-peraturan mengikat
seperti adat istiadat dan kebudayaan, yang hal itupun menjadi acuan mereka
untuk menjalani aktifitas hidup.
Karakteristik
masyarakat di suatu daerah memang dipengaruhi oleh adat dan kebudayaan di
daerah tersebut. Seperti yang nampak di Desa Kutagandok. Desa Kutagandok
merupakan daerah terjangkau yang berada
di areal yang di dominasi pesawahan.
Berdasarkan
hasil wawancara pada hari
Jumat 9 Desember 2016 – 11 Desember 2016. yang dianalisis secara langsung oleh
pemakalah, Desa Kutagandok merupakan desa yang memiliki karakteristik yang
cukup unik. Berikut data-data hasil analisis kami mengenai Desa Kutagandok.
Letak
geografis Desa Kutagandok merupakan desa yang terletak di kawasan Kecamatan
Kutawaluya, Kabupaten Karawang. Desa ini Terletak di 27 km dari kota Karawag
dan area yang di dominasi oleh pesawahan. Daerah ini di kenal dengan kawasan
pesawahan yang luas. Desa Kutagandok bisa di tempuh dan mudah di akses melalui
jalur kendaraan darat.
Warga di
Desa Kutagandok memiliki kepercayaan terhadapa beberapa hal yang akhirnya
menjadi tradisi warga di desa tersebut. Seperti salah satunya Anak kecil di
larang keluar ketika menjelang magrib
Hal ini
dikarenakan salah satu makhluk ghaib yang fenomenal yang bernama “Kelong Wewe”
yang sering disebut oleh warga sekitar yang sering menculik menculik anak dan
disembunyikan di suatu tempat, terdapat
salah satu cerita warga setempat pada
saat itu kurang lebih pukul 5.10 Pm dan
desa tersebut padam listrik yang sedang kebingungan mencari anaknya meggunakan
sepeda tua berwarna coklat sampai azan magrib berkumandang, kemudian ia
memutuskan untuk pulang melaksanakan sola Magrib, ketika ia membuka lemari tua
besar ia menemukan anaknya dengan kondisi lesu dan panas tinggi. Dan hingga
kini beberapa masyarakat ang mempercayai mitos tersebut, namun kepercayaan
mitos tersebut mulai pudar karena era (modern) sudah berbeda.
Secara
teoritis,pelaku dakwah adalah orang yang berkeinginan menyebarluaskan dan
memperkuat syariat islam, mengerti tentang syariat dan hukum-hukum islam dan
paham terhadap ilmu dakwah, umumnya pelaku dakwah disebut da’i.
Dewasa
ini, seorang da’i tidak hanya berkecimpung dalam menjelaskan syariat-syariat
islam dan segala hal mengenai peribadatan saja, tetapi membahas juga hal-hal
yang berhubungan dengan masaalah sosial secara umum.
Berkaitan
dengan Desa Kutagandok, pelaku dakwah adalah para tokoh masyarakat yang berguru
kepada kyai-kyai pengasuh pondok pesantren dan para Sarjana. Saat ini, orang
yang di anggap tokoh masyarakat oleh warga disana yaitu ustad Lukmanul hakim
atau biasa di sebut Haji Didi, dan ustad Ismail Saleh (kang ismail). Beliau
adalah guru-guru ngaji di Ponpes Hidayatul mubtadi’in. Dalam hal ini juga, ada
lebih dari 20 santri yang setiap ba’da magrib mengemban ilmu di sana.
Masyarakat
Desa Kutagandok cukup merespon baik terhadap kegiatan-kegiatan dakwah yang
dilakukan da’i. Hal itu terbukti dengan keaktifan masyarakat dalam mengikuti
kegiatan pengajian yang diadakan setiap hari Jum’at sampai Minggu. Walaupun di
dominasi oleh kaum ibu-ibu
Masyarakat
jarang mengerjakan sholat lima waktu secara berjamaah, walaupun tidak
seluruhnya, fakta dilapangan satu dari sepuluh masyarakat lebih memilih solat
di kediamannya masing-masing namun ketika waktu solat magrib masyarakat lebih
memilih solat di mushola dan masjid sekitar.
Dalam hal
pengajian harian, respon yang paling rendah adalah dari kalangan bapak-bapak,
hal ini dikarenakan pekerjaan mereka yang banyak menyita waktu, seperti
mengurus kebun, tambak dan sawah juga membuat furniture. Ini menjadi sasaran
utama da’I untuk mengembalikan respon dari kalangan bapak-bapak karena
laki-laki yang nantinya akan menjadi imam keluarga, ditakutkan akan menjadi
pengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
Materi
dakwah yang di lakukan di Desa Kutagandok cukup beragam. Namun, kegiatan dakwah
yang saya lakukan dimulai dari hal-hal kecil. Diantaranya dari kalangan ibu-ibu
yang disibukan oleh qasidahan yang di akhiri dengan kajian Al-Qur’an.
Mengadakan pengajian untuk anak-anak dan remaja yang dilakukan pada saat magrib
sampai isya’ dengan pengkajian Al-quran dan kitab-kitab, shalawatan Dan
pengajiannya pun berupa pembacaan Surat Yasin dan pembacaan tahlil yang di
tujukan kepada leluhur dan orang-orang yang sudah meninggal.. Pengajian yang
untuk bapak-bapak dilakukan pada malam kamis, yaitu berupa pembacaan Surat
Yasin dan membaca sholawat 1000 kali.
Istilah
metode berasal dari bahasa Inggris, method,
yang berarti systemic arrangement (penataan
yang sistimatis); ordely procedure (prosedur
yang rapih); mode handling intellectual
problema (cara penanganan masalah secara cerdik) (Webster’s Tower
Dictionary, 1957;179). Dengan demikian, kiranya bisa disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan metode adlaha cara menyusun tatanan kerja yang rapih, apbila
dihubungkan dengan kata dakwah, maka pengertiannya adalah cara melakukan
kegiatan dakwah guna menghasilkan manusia yang islami.
Dakwah
yang dilakukan da’i di desa Kutagandok dengan dakwah lisan dimakudkan sebagai
dakwah yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata atau ucapan lisan dalam
bahasa yang bisa di pahami oleh mad’uI-nya
dengan mudah oleh masyarakat kutagandok
yang masih dalam bentuk ceramah dan khotbah di hari-hari besar islam
walaupun tidang sering di selenggarakan karena faktor ekonomi yang masyarakat
kutagandok di dominasi oleh kalangan bawah.
Kegiatan dakwah yang diadakan dan
diterapkan di wilayah Kutagandok cukup behasil. Diantaranya mitos yag
dipercayai masyarakat sudah mulai hilang, para kaum bapa-bapa sedikit meningkat
daya semangatnya untuk sholat berjamaah, gotong royong tolong menolong antar
sesama sudah diterapkan dalam lingkungan desa Kutagandok, dan pengajian yang
terus berjalan, Dengan berjalannya kegiatan dakwah dapat mengimbangi pengaruh
globalisasi yang masuk.
Teori medan dakwah adalah teori yang
menjelaskan situasi teologis, kultural dan struktural mad’u saat pelaksanaan dakwah
islam. Dakwah islam adalah sebuah ikhtiar Muslim dalam mewujudkan islam dalam
kehidupan pribadi , keluarga, komunitas, dan masyarakat dalam semua segi
kehidupan sampai terwujudnya masyarakat yang terbaik atau dapat disebut sebagai
khairul ummah yaitu tata sosial yang mayoritas masyarakatnya beriman, sepakat
menjalan dan menegakkan yang ma’ruf dan secara berjamaa’ah mencegah yang
munkar.
Dalam hal mengaplikasikan aqidah Islam, walaupun mereka
berada dalam lingkungan yang sangat rentan terjadinya kemusyrikan, masyarakat
tidak melakukan praktik-praktik yang menyimpang seperti perdukunan, pesunggihan
dan lain-lain.
Masyarakat yang awalnya mempercayai mitos-mitos yang telah
dijelaskan diatas sebagai refleksi dari kekesalan para leluhur sehingga menimbulkan
bencana, saat ini lebih mempercayai bahwa pantangan tersebut lebih kepada
penghormatan semata.
Kesimpulannya
adalah sistem dakwah didesa Kutagandok, Kecamatan Kutawalua, Kabupaten Karawang
masih stabil serta dari segi metode dakwah tidak ada perubahan signifikan,
serta respon masyarakat terhadap dakwah cukup baik sehingga prilaku serta sikap
masyarakat secara bertahap menjadi lebih
islami dan lebih terarah.