Kamis, 02 Februari 2017

Dakwah Kota Pangkal Perjuangan



Dakwah berasal dari bahasa Arab: دعوة‎, da'wah; "ajakan" sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dakwah berarti penyiaran, propaganda;  penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama. Dalam kegiatan dakwah, subjeknya disebut da’i (orang yang menyampaikan pesan dakwah) kepada para mad’u selaku objeknya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman melalui surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi bermakna: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang meyeru kepada kebajikan, mneyuruh (berbuat) dan makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Yusran (ud.), 2009;64). Secara formal kegiatan dakwah harus melibatkan da’i sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwahnya. Dalam hal ini dakwah islamiah di arahkan kepada seluruh manusia, baik didasarkan pada tingkat umur, strata, hubungan, lingkungan, maupun orientasi pandangan (Fathi,1970:21)

            Masyarakat dakwah merupakan komponen yang mengandung makna yang sangat luas dengan berbagai karakteristi yang berbeda. Karekteristik tersebut meliputi  ras, suku, bangsa, letak geografis, profesi jenis kelamin dan lain-lain. Letak geografis merupakan salah satu factor yang kuat dalam  membangun karakteristik masyarakat dakwah, karena biasanya dalam suatu daerah terdapat peraturan-peraturan mengikat seperti adat istiadat dan kebudayaan, yang hal itupun menjadi acuan mereka untuk menjalani aktifitas hidup.

Karakteristik masyarakat di suatu daerah memang dipengaruhi oleh adat dan kebudayaan di daerah tersebut. Seperti yang nampak di Desa Kutagandok. Desa Kutagandok merupakan daerah terjangkau  yang berada di areal yang di dominasi pesawahan.

Berdasarkan hasil wawancara pada hari Jumat 9 Desember 2016 – 11 Desember 2016. yang dianalisis secara langsung oleh pemakalah, Desa Kutagandok merupakan desa yang memiliki karakteristik yang cukup unik. Berikut data-data hasil analisis kami mengenai Desa Kutagandok. 

Letak geografis Desa Kutagandok merupakan desa yang terletak di kawasan Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang. Desa ini Terletak di 27 km dari kota Karawag dan area yang di dominasi oleh pesawahan. Daerah ini di kenal dengan kawasan pesawahan yang luas. Desa Kutagandok bisa di tempuh dan mudah di akses melalui jalur kendaraan darat.

Warga di Desa Kutagandok memiliki kepercayaan terhadapa beberapa hal yang akhirnya menjadi tradisi warga di desa tersebut. Seperti salah satunya Anak kecil di larang keluar ketika menjelang magrib

Hal ini dikarenakan salah satu makhluk ghaib yang fenomenal yang bernama “Kelong Wewe” yang sering disebut oleh warga sekitar yang sering menculik menculik anak dan disembunyikan di suatu tempat,  terdapat salah satu cerita  warga setempat pada saat itu kurang lebih pukul  5.10 Pm dan desa tersebut padam listrik yang sedang kebingungan mencari anaknya meggunakan sepeda tua berwarna coklat sampai azan magrib berkumandang, kemudian ia memutuskan untuk pulang melaksanakan sola Magrib, ketika ia membuka lemari tua besar ia menemukan anaknya dengan kondisi lesu dan panas tinggi. Dan hingga kini beberapa masyarakat ang mempercayai mitos tersebut, namun kepercayaan mitos tersebut mulai pudar karena era (modern) sudah berbeda.

Secara teoritis,pelaku dakwah adalah orang yang berkeinginan menyebarluaskan dan memperkuat syariat islam, mengerti tentang syariat dan hukum-hukum islam dan paham terhadap ilmu dakwah, umumnya pelaku dakwah disebut da’i.

Dewasa ini, seorang da’i tidak hanya berkecimpung dalam menjelaskan syariat-syariat islam dan segala hal mengenai peribadatan saja, tetapi membahas juga hal-hal yang berhubungan dengan masaalah sosial secara umum.

Berkaitan dengan Desa Kutagandok, pelaku dakwah adalah para tokoh masyarakat yang berguru kepada kyai-kyai pengasuh pondok pesantren dan para Sarjana. Saat ini, orang yang di anggap tokoh masyarakat oleh warga disana yaitu ustad Lukmanul hakim atau biasa di sebut Haji Didi, dan ustad Ismail Saleh (kang ismail). Beliau adalah guru-guru ngaji di Ponpes Hidayatul mubtadi’in. Dalam hal ini juga, ada lebih dari 20 santri yang setiap ba’da magrib mengemban ilmu di sana.

Masyarakat Desa Kutagandok cukup merespon baik terhadap kegiatan-kegiatan dakwah yang dilakukan da’i. Hal itu terbukti dengan keaktifan masyarakat dalam mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan setiap hari Jum’at sampai Minggu. Walaupun di dominasi oleh kaum ibu-ibu

Masyarakat jarang mengerjakan sholat lima waktu secara berjamaah, walaupun tidak seluruhnya, fakta dilapangan satu dari sepuluh masyarakat lebih memilih solat di kediamannya masing-masing namun ketika waktu solat magrib masyarakat lebih memilih solat di mushola dan masjid sekitar.

Dalam hal pengajian harian, respon yang paling rendah adalah dari kalangan bapak-bapak, hal ini dikarenakan pekerjaan mereka yang banyak menyita waktu, seperti mengurus kebun, tambak dan sawah juga membuat furniture. Ini menjadi sasaran utama da’I untuk mengembalikan respon dari kalangan bapak-bapak karena laki-laki yang nantinya akan menjadi imam keluarga, ditakutkan akan menjadi pengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

Materi dakwah yang di lakukan di Desa Kutagandok cukup beragam. Namun, kegiatan dakwah yang saya lakukan dimulai dari hal-hal kecil. Diantaranya dari kalangan ibu-ibu yang disibukan oleh qasidahan yang di akhiri dengan kajian Al-Qur’an. Mengadakan pengajian untuk anak-anak dan remaja yang dilakukan pada saat magrib sampai isya’ dengan pengkajian Al-quran dan kitab-kitab, shalawatan Dan pengajiannya pun berupa pembacaan Surat Yasin dan pembacaan tahlil yang di tujukan kepada leluhur dan orang-orang yang sudah meninggal.. Pengajian yang untuk bapak-bapak dilakukan pada malam kamis, yaitu berupa pembacaan Surat Yasin dan membaca sholawat 1000 kali.

Istilah metode berasal dari bahasa Inggris, method, yang berarti systemic arrangement (penataan yang sistimatis); ordely procedure (prosedur yang rapih); mode handling intellectual problema (cara penanganan masalah secara cerdik) (Webster’s Tower Dictionary, 1957;179). Dengan demikian, kiranya bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode adlaha cara menyusun tatanan kerja yang rapih, apbila dihubungkan dengan kata dakwah, maka pengertiannya adalah cara melakukan kegiatan dakwah guna menghasilkan manusia yang islami.

Dakwah yang dilakukan da’i di desa Kutagandok dengan dakwah lisan dimakudkan sebagai dakwah yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata atau ucapan lisan dalam bahasa yang bisa di pahami oleh mad’uI-nya dengan mudah oleh masyarakat kutagandok  yang masih dalam bentuk ceramah dan khotbah di hari-hari besar islam walaupun tidang sering di selenggarakan karena faktor ekonomi yang masyarakat kutagandok di dominasi oleh kalangan bawah.

            Kegiatan dakwah yang diadakan dan diterapkan di wilayah Kutagandok cukup behasil. Diantaranya mitos yag dipercayai masyarakat sudah mulai hilang, para kaum bapa-bapa sedikit meningkat daya semangatnya untuk sholat berjamaah, gotong royong tolong menolong antar sesama sudah diterapkan dalam lingkungan desa Kutagandok, dan pengajian yang terus berjalan, Dengan berjalannya kegiatan dakwah dapat mengimbangi pengaruh globalisasi yang masuk.

            Teori medan dakwah adalah teori yang menjelaskan situasi teologis, kultural dan struktural mad’u saat pelaksanaan dakwah islam. Dakwah islam adalah sebuah ikhtiar Muslim dalam mewujudkan islam dalam kehidupan pribadi , keluarga, komunitas, dan masyarakat dalam semua segi kehidupan sampai terwujudnya masyarakat yang terbaik atau dapat disebut sebagai khairul ummah yaitu tata sosial yang mayoritas masyarakatnya beriman, sepakat menjalan dan menegakkan yang ma’ruf dan secara berjamaa’ah mencegah yang munkar.

Dalam hal mengaplikasikan aqidah Islam, walaupun mereka berada dalam lingkungan yang sangat rentan terjadinya kemusyrikan, masyarakat tidak melakukan praktik-praktik yang menyimpang seperti perdukunan, pesunggihan dan lain-lain.

Masyarakat yang awalnya mempercayai mitos-mitos yang telah dijelaskan diatas sebagai refleksi dari kekesalan para leluhur sehingga menimbulkan bencana, saat ini lebih mempercayai bahwa pantangan tersebut lebih kepada penghormatan semata.

            Kesimpulannya adalah sistem dakwah didesa Kutagandok, Kecamatan Kutawalua, Kabupaten Karawang masih stabil serta dari segi metode dakwah tidak ada perubahan signifikan, serta respon masyarakat terhadap dakwah cukup baik sehingga prilaku serta sikap masyarakat  secara bertahap menjadi lebih islami dan lebih terarah.

Dakwah berasal dari bahasa Arab: دعوة‎, da'wah; "ajakan" sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Dakwah berarti penyiaran, propaganda;  penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat; seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama. Dalam kegiatan dakwah, subjeknya disebut da’i (orang yang menyampaikan pesan dakwah) kepada para mad’u selaku objeknya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman melalui surat Ali Imran ayat 104 yang berbunyi bermakna: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang meyeru kepada kebajikan, mneyuruh (berbuat) dan makruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Yusran (ud.), 2009;64). Secara formal kegiatan dakwah harus melibatkan da’i sebagai orang yang menyampaikan pesan dakwahnya. Dalam hal ini dakwah islamiah di arahkan kepada seluruh manusia, baik didasarkan pada tingkat umur, strata, hubungan, lingkungan, maupun orientasi pandangan (Fathi,1970:21)

            Masyarakat dakwah merupakan komponen yang mengandung makna yang sangat luas dengan berbagai karakteristi yang berbeda. Karekteristik tersebut meliputi  ras, suku, bangsa, letak geografis, profesi jenis kelamin dan lain-lain. Letak geografis merupakan salah satu factor yang kuat dalam  membangun karakteristik masyarakat dakwah, karena biasanya dalam suatu daerah terdapat peraturan-peraturan mengikat seperti adat istiadat dan kebudayaan, yang hal itupun menjadi acuan mereka untuk menjalani aktifitas hidup.

Karakteristik masyarakat di suatu daerah memang dipengaruhi oleh adat dan kebudayaan di daerah tersebut. Seperti yang nampak di Desa Kutagandok. Desa Kutagandok merupakan daerah terjangkau  yang berada di areal yang di dominasi pesawahan.

Berdasarkan hasil wawancara pada hari Jumat 9 Desember 2016 – 11 Desember 2016. yang dianalisis secara langsung oleh pemakalah, Desa Kutagandok merupakan desa yang memiliki karakteristik yang cukup unik. Berikut data-data hasil analisis kami mengenai Desa Kutagandok. 

Letak geografis Desa Kutagandok merupakan desa yang terletak di kawasan Kecamatan Kutawaluya, Kabupaten Karawang. Desa ini Terletak di 27 km dari kota Karawag dan area yang di dominasi oleh pesawahan. Daerah ini di kenal dengan kawasan pesawahan yang luas. Desa Kutagandok bisa di tempuh dan mudah di akses melalui jalur kendaraan darat.

Warga di Desa Kutagandok memiliki kepercayaan terhadapa beberapa hal yang akhirnya menjadi tradisi warga di desa tersebut. Seperti salah satunya Anak kecil di larang keluar ketika menjelang magrib

Hal ini dikarenakan salah satu makhluk ghaib yang fenomenal yang bernama “Kelong Wewe” yang sering disebut oleh warga sekitar yang sering menculik menculik anak dan disembunyikan di suatu tempat,  terdapat salah satu cerita  warga setempat pada saat itu kurang lebih pukul  5.10 Pm dan desa tersebut padam listrik yang sedang kebingungan mencari anaknya meggunakan sepeda tua berwarna coklat sampai azan magrib berkumandang, kemudian ia memutuskan untuk pulang melaksanakan sola Magrib, ketika ia membuka lemari tua besar ia menemukan anaknya dengan kondisi lesu dan panas tinggi. Dan hingga kini beberapa masyarakat ang mempercayai mitos tersebut, namun kepercayaan mitos tersebut mulai pudar karena era (modern) sudah berbeda.

Secara teoritis,pelaku dakwah adalah orang yang berkeinginan menyebarluaskan dan memperkuat syariat islam, mengerti tentang syariat dan hukum-hukum islam dan paham terhadap ilmu dakwah, umumnya pelaku dakwah disebut da’i.

Dewasa ini, seorang da’i tidak hanya berkecimpung dalam menjelaskan syariat-syariat islam dan segala hal mengenai peribadatan saja, tetapi membahas juga hal-hal yang berhubungan dengan masaalah sosial secara umum.

Berkaitan dengan Desa Kutagandok, pelaku dakwah adalah para tokoh masyarakat yang berguru kepada kyai-kyai pengasuh pondok pesantren dan para Sarjana. Saat ini, orang yang di anggap tokoh masyarakat oleh warga disana yaitu ustad Lukmanul hakim atau biasa di sebut Haji Didi, dan ustad Ismail Saleh (kang ismail). Beliau adalah guru-guru ngaji di Ponpes Hidayatul mubtadi’in. Dalam hal ini juga, ada lebih dari 20 santri yang setiap ba’da magrib mengemban ilmu di sana.

Masyarakat Desa Kutagandok cukup merespon baik terhadap kegiatan-kegiatan dakwah yang dilakukan da’i. Hal itu terbukti dengan keaktifan masyarakat dalam mengikuti kegiatan pengajian yang diadakan setiap hari Jum’at sampai Minggu. Walaupun di dominasi oleh kaum ibu-ibu

Masyarakat jarang mengerjakan sholat lima waktu secara berjamaah, walaupun tidak seluruhnya, fakta dilapangan satu dari sepuluh masyarakat lebih memilih solat di kediamannya masing-masing namun ketika waktu solat magrib masyarakat lebih memilih solat di mushola dan masjid sekitar.

Dalam hal pengajian harian, respon yang paling rendah adalah dari kalangan bapak-bapak, hal ini dikarenakan pekerjaan mereka yang banyak menyita waktu, seperti mengurus kebun, tambak dan sawah juga membuat furniture. Ini menjadi sasaran utama da’I untuk mengembalikan respon dari kalangan bapak-bapak karena laki-laki yang nantinya akan menjadi imam keluarga, ditakutkan akan menjadi pengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.

Materi dakwah yang di lakukan di Desa Kutagandok cukup beragam. Namun, kegiatan dakwah yang saya lakukan dimulai dari hal-hal kecil. Diantaranya dari kalangan ibu-ibu yang disibukan oleh qasidahan yang di akhiri dengan kajian Al-Qur’an. Mengadakan pengajian untuk anak-anak dan remaja yang dilakukan pada saat magrib sampai isya’ dengan pengkajian Al-quran dan kitab-kitab, shalawatan Dan pengajiannya pun berupa pembacaan Surat Yasin dan pembacaan tahlil yang di tujukan kepada leluhur dan orang-orang yang sudah meninggal.. Pengajian yang untuk bapak-bapak dilakukan pada malam kamis, yaitu berupa pembacaan Surat Yasin dan membaca sholawat 1000 kali.

Istilah metode berasal dari bahasa Inggris, method, yang berarti systemic arrangement (penataan yang sistimatis); ordely procedure (prosedur yang rapih); mode handling intellectual problema (cara penanganan masalah secara cerdik) (Webster’s Tower Dictionary, 1957;179). Dengan demikian, kiranya bisa disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode adlaha cara menyusun tatanan kerja yang rapih, apbila dihubungkan dengan kata dakwah, maka pengertiannya adalah cara melakukan kegiatan dakwah guna menghasilkan manusia yang islami.

Dakwah yang dilakukan da’i di desa Kutagandok dengan dakwah lisan dimakudkan sebagai dakwah yang disampaikan dengan menggunakan kata-kata atau ucapan lisan dalam bahasa yang bisa di pahami oleh mad’uI-nya dengan mudah oleh masyarakat kutagandok  yang masih dalam bentuk ceramah dan khotbah di hari-hari besar islam walaupun tidang sering di selenggarakan karena faktor ekonomi yang masyarakat kutagandok di dominasi oleh kalangan bawah.

            Kegiatan dakwah yang diadakan dan diterapkan di wilayah Kutagandok cukup behasil. Diantaranya mitos yag dipercayai masyarakat sudah mulai hilang, para kaum bapa-bapa sedikit meningkat daya semangatnya untuk sholat berjamaah, gotong royong tolong menolong antar sesama sudah diterapkan dalam lingkungan desa Kutagandok, dan pengajian yang terus berjalan, Dengan berjalannya kegiatan dakwah dapat mengimbangi pengaruh globalisasi yang masuk.

            Teori medan dakwah adalah teori yang menjelaskan situasi teologis, kultural dan struktural mad’u saat pelaksanaan dakwah islam. Dakwah islam adalah sebuah ikhtiar Muslim dalam mewujudkan islam dalam kehidupan pribadi , keluarga, komunitas, dan masyarakat dalam semua segi kehidupan sampai terwujudnya masyarakat yang terbaik atau dapat disebut sebagai khairul ummah yaitu tata sosial yang mayoritas masyarakatnya beriman, sepakat menjalan dan menegakkan yang ma’ruf dan secara berjamaa’ah mencegah yang munkar.

Dalam hal mengaplikasikan aqidah Islam, walaupun mereka berada dalam lingkungan yang sangat rentan terjadinya kemusyrikan, masyarakat tidak melakukan praktik-praktik yang menyimpang seperti perdukunan, pesunggihan dan lain-lain.

Masyarakat yang awalnya mempercayai mitos-mitos yang telah dijelaskan diatas sebagai refleksi dari kekesalan para leluhur sehingga menimbulkan bencana, saat ini lebih mempercayai bahwa pantangan tersebut lebih kepada penghormatan semata.

            Kesimpulannya adalah sistem dakwah didesa Kutagandok, Kecamatan Kutawalua, Kabupaten Karawang masih stabil serta dari segi metode dakwah tidak ada perubahan signifikan, serta respon masyarakat terhadap dakwah cukup baik sehingga prilaku serta sikap masyarakat  secara bertahap menjadi lebih islami dan lebih terarah.
Share:

Popular Posts