Nama Saya Andis Dwi Rahmatulloh, saya tinggal
di Kabupate Karawang, Jawa Barat. Saya lulusan SMAN 1 Rengasdengklok. Setelah
lulus saya mendaftarkan diri ke PTN, saya mencoba semua jalur. Baik jalur
undangan maupun ujian seleksi. Disuatu kesempatan saya mendengar ada info
tentang SPAN-PTKIN yaitu jalur undangan di semua perguruan tinggi negerei islam
di indiensia. Kemudian singkat cerita saya memilihi diantara tiga kolom pilihan
yang salah satunya saya memilih UIN Walisongo semarang. Pada saat di hari H
pengumuman tepat di ulang tahun ibu saya, saya memberikan kejutan bahwa saya di
terima di Fakultas Dakwah dan Komunikasi Islam Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan
Islam (BPI).
Sudah 4 Tahun saya menimba ilmu disana, begitu
banyak sekali ilmu yang saya ambil. Baik dari pengalaman pribadi dalam
bermasyarakat maupun akademik, yang salah satunya kampus mengajarkan cara
beragama yang baik dan pentingnya moderasi agama. Banyak nilai-nilai yang bisa
di terapkan dan bermanfaat untuk pribadi dan dapat di amalkan kepada orang
lain. Contohnya menerapkan ilmu dalam beragama. Dalam beragama bukan seberapa
banyaknya ilmu yang dimiliki tetapi berapa ilmu yang sudah diterapkan. Bagaimana
cara menyikapi sebuah perbedaan kepercayaan, beda kulit, ras, budaya. Kemudian dikorelasikan
dengan ilmu agama yang sudah dipahami, dan diamalkan kepada masyarakat
khususnya orang terdekat.
Semua agama sepakat bahwa berdamai , kasih
sayang, empati, dan saling menghargai adalah sikap yang harus nampak dan terasa
di tengah perbedaan keyakinan yang bisa dikata terlalu mencolok. Hadirnya
konflik kekerasan di beberapa penjuru dunia tentu membuat masyarakat beragama
menjadi geram, sedih dan dilanda rasa dilematis yang teramat mendalam.
Perlu diketahui bahwa faham kaum radikalis
dakam memperjuangkan cita-cita tersebut selalu menggunakan cara-cara
ektrem-militan dan tak manusiawi. Sehingga dengan cara ini mereka menggap jalan
yang efektif sebagai bentuk perjuangan dan jihad bagi mereka. Faham radikalisme
inilah yang tumbuh dan tertanam di benak dan pikiran mereka sebagai cara
berfikir, bertindak dalam memperjuangkan cita-citanya.
Dalam suasana ketegangan itu pula, kesan Islam
yang rahmatan lil 'alamin,
Agama
yang tidak dijalankan dengan adil akan membuat agama itu menjadi dagangan untuk
mengelabui fakta yang ada. Oleh sebab itulah, ketika agama diangkat sebagai isu
yang menyebabkan kekacauan akan serta-merta dibenarkan tanpa pengetahuan dan
proses dialog terlebih dahulu. Agama hanya akan dikooptasi sebagai barang untuk
membenarkan segala tindakan yang dilakukan, sehingga banyak kelompok yang
memiliki kepentingan menjadikan agama sebagai pendorong untuk menimbulkan
kekacauan demi tercapainya sebuah kepentingan.
Sebagai
umat beragama, tugas kita adalah menyampaikan agama sebagai sebuah ajaran yang
mencerahkan pikiran dan tindakan dalam konteks apapun. Agama harus mampu
menghadirkan rasa adil agar setiap konflik yang muncul bisa menemukan
penyelesaian. Agama harus dijadikan jalan untuk menemukan masalah kesejahteraan
dan ketertindasan agar konflik kekerasan tidak terus muncul. Sekali lagi,
fungsi agama adalah untuk mencerahkan kehidupan manusia. Bukan sebagai
komiditas murah yang diperjualbelikan untuk dijadikan alat memuluskan
kepentingan.